Senin, 13 Mei 2013

PERENCANAAN PEMBELAJARAN


Perencanaan pembelajaran adalah catatan-catatan awal hasil pemikiran seorang guru sebelum memulai pembelajaran. Arti-arti lain tentang perencanaan pembelajaran yang bersumber dari internet antara lain.

1.  Zook (2000) proses berfikir sistematis untuk membantu pelajar memahami (belajar) (dalam “Definisi Perencanaan Pembelajaran Menurut Para Ahli”

2.    Ibrahim; kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai suatu kegiatan pembelajaran, cara apa yang akan dipakai untuk mencapai pencapaian tujuan tersebut, materi apa yang akan disampaikan, bagaiamana cara penyampaiannya, serta alat atau media apa yang dibutuhkan.

3.  Branch (2002) suatu sistem yang berisi prosedur untuk mengembangkan pendidikan dengan cara yang konsiten dan reliable.

Unsur-unsur perencanaan pembelajaran :

1.      Pemikiran materi.
4.      Alat
2.      Metode.
5.      Evaluasi
3.      Media


Perencanan pembelajaran berbeda dengan silabus, silabus merupakan alat bantu guru untuk membuat perencanaan pembelajaran. Silabus merupakan pedoman kompetensi yang harus siswa capai.

Dengan adanya perencanaan pembelajaran diharapkan guru mampu menguasai spenuhnya bahan dan materi ajar, metode, media atau alat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran serta mampu mengelola waktu yang disediakan agar tujuan belajar siswa terpenuhi.

BISAKAH MANUSIA MENEMUKAN TUHAN TANPA NABI?


“Menurut pendapat anda, seandainya tidak ada Nabi dan Rasul bisakah manusia menemukan tuhan?”

Pertanyaan ini dilontarkan dosen saya dalam mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam, pertanyaan yang bagi otak saya cukup membingungkan. Tapi setelah satu hari saya memikirkan pertanyaan tersebut. Saya akhirnya yakin dengan satu kesimpulan:

Nabi berasal dari kata bahasa arab Naba-a yang artinya kabar, artinya nabi adalah seseorang yang mendapat kabar (dari Allah). Atau Nabaa yang artinya tinggi atau naik, artinya nabi adalah seseorang yang dimuliakan atau dinaikan derajatnya. Sementara rasul berasal dari kata risalah atau yang menyampaikan, artinya rasul adalah seseorang yang menyampaikan wahyu yang mereka terima ke khalayak ramai.
Dari pengertian tersebut kita dapat membuat sebuah kesimpulan bahwa tugas seorang nabi dan rasul adalah menyampaikan ajaran (wahyu) yang diberikan kepada mereka kepada kita, ajaran tersebut yang akan menuntun kita ke jalan yang benar.
Jika nabi dan rasul tidak tidak diutus ke dunia ini manusia tidak akan  bisa menemukan tuhan. Kita mampu merasakan sebuah keberadaan besar yang mengatur seisi jagat raya ini. tetapi, keberadaan yang dirasakan tersebut konsepnya masih sangat absurd. Sehingga pasti terjadi penyimpangan dalam memaknainya. Misalnya saja suku maya di pedalaman amerika yang menganggap matahari adalah tuhan mereka. Hal tersebut terjadi karena kekeliruan dalam memaknai konsep tuhan yang mereka rasakan. Penyimpangan ini pasti akan terjadi, karena pikiran manusia memiliki batasan yang pasti. Sementara konsep tentang tuhan sangatlah jauh diatas batas kemampuan manusia.
Banyak orang-orang pintar seperti Plato dan Aristoteles yang sampai menemukan konsep tuhan, tetapi mereka tidak sampai kepada kesimpulan bahwa tuhan adalah Allah yang satu. Plato berpendapat tuhan adalah keberadaan yang ilahi yang bersifat alkali dan rohani, maksudnya sebuah keberadaan yang bukan sebuah benda (bersifat bendawi). Yang bersifat rohani artinya tuhan keberadaan yang halus yang tidak dapat dilihat, diraba. Sementara Aristoteles berpendapat bahwa tuhan tidak bermateri, hanya kenyataan atau realitas atau pikiran semata. Kedua ahli fikir tersebut, Plato dan Aristoteles bisa mengeluarkan pendapat tentang tuhan karena mereka berfikir tentang dunia, boleh jadi mereka juga sebenarnya merasakan keberadaan tuhan tetapi akal pikirannya tidak mampu untuk memikirkannya lebih jauh.
Pencarian akan tuhan sebenarnya sudah menjadi fitrah bagi setiap manusia. Misalnya saja Nabi Ibrahim yang bertanya-tanya tentang siapa penciptanya. Berkali-kali menyimpulkan benda seperti bulan dan matahari sebagai tuhan Nabi Ibrahim akhirnya yakin bahwa tuhannya bukanlah sesuatu yang berwujud. Karena yang berwujud pasti akan hancur. Tentu dengan petunjuk dari Allah, Nabi Ibrahim mengetahui bahwa tuhannya adalah Allah SWT. Tapi orang-orang biasa tidak akan pernah mampu menemukan tuhan yang sebenar-benarnya sendirian. Oleh sebab itu Nabi dan Rasul diutus untuk menyampaikan keberadaan tuhan yang sebenar-benarnya.
Kesimpulannya, jika Nabi dan Rasul tidak diutus ke dunia ini kita manusia tidak akan pernah menemukan tuhan yang sebenar-benarnya yaitu Allah SWT.

KOMUNIKASI DALAM BELAJAR & PEMBELAJARAN


Seperti yang telah kita ketahui belajar adalah sebuah proses dimana peserta didik yang tadinya tidak tahu mengenai sesuatu menjadi tahu. Proses ini bisa berhasil dengan adanya komunikasi antara peserta didik dengan pembimbing/guru. Secara singkat komunikasi adalah proses pertukaran informasi antara dua individu atau lebih. Dalam proses belajar pembelajaran sang guru mencoba memberikan informasi yang dia tahu  kepada peserta didik dan mencerna informasi yang peserta didik sampaikan, respon yang diberikan peserta didik saat proses pembelajaran juga merupakan informasi.
Untuk mempermudah komunikasi dalam proses belajar pembelajaran terdapat tiga pola pokok dalam komnikasi yang banyak digunakan.

  •                Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah.
Dalam  pola ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan peserta didik sebagai penerima aksi. Guru lebih banyak aktif ketimbang peserta didik, hal ini sering menjadikan kegiatan belajar siswa kurang hidup. Karena pada pola ini siswa cenderung pasif dan guru yang aktif.

  •                 Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah.
Dalam pola yang ke dua atau pola komunikasi dua arah guru dan peserta didik sama-sama memiliki peran yang sam yaitu sebagai pemberi aksi dan peneriam aksi. Tetapi pola ini hanya terbatas terhadap komunikasi  antara guru dan murid saja, tidak ada komunikasi antara murid.. 

  •       Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah.

Pola komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi yang dinamis antara guru dan murid saja, tetapi juga interaksi dinamis antar murid. Proses belajar pembelajaran yang menggunakan pola komunikasi ini mengarah kepada metode pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa secara optimal.



Sumber:
Blog Guru. 2009. Tiga Pola Komunikasi Dalam Proses Belajar Mengajar. [Online]. Tersedia : http://www.blog-guru.web.id/2009/03/tiga-pola-komunikasi-dalam-proses.html


PONDASI DALAM


Pondasi merupakan struktur terbawah dari pembuatan sebuah bangunan, pengertian pondasi sendiri adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai tempat bangunan (yang akan dibangun) dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya (wikipedia).
Tiga kriteria penting dalam perancangan suatu pondasi adalah, (1) Pondasi harus ditempatkan dengan tepat sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar. (2) Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung. (3) Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.Pondasi memiliki beberapa tipe yang digunakan sesuai dengan berbagai kondisi yang ada di lapangan. Misalnya saja, kita tidak mungkin memakai pondasi batu kali ketika kita harus membuat bangunan di atas tanah yang selalu berair. Atau  kita tidak perlu memakai pondasi tiang pancang hanya untuk membangun sebuah rumah tinggal sederhana, karena secara ekonomis itu sudah pemborosan.

        Untuk sekarang, tipe pondasi yang akan saya bahas dalam tulisan ini adalah pondasi dalam. Pengertian pondasi dalam (menurut wikipedia) adalah jenis pondasi dalam teknik pondasi yang dibedakan dengan pondasi dangkal dari segi ke dalaman masuknya ke dalam tanah. Sejumlah ahli geoteknik merekomendasikan pondasi dalam ketimbang pondasi dangkal apabila beban rancangan sangatlah berat misalnya bangunan yang lebih dari satu lantai dan tanah yang jelek pada kedalaman yanng dangkal. Pondasi dalam memiliki berbagai istilah seperti; Tiang pancang (pile), turap (sheet pile), dan kaison (caisson). Pemberian namanya bisa jadi beragam tergantung disiplin keteknikan dan perusahaan pembuatannya.           Pondasi dalam dapat dibuat dari kayu, baja, beton bertulang dan beton prategang. Pondasi dalam dapat dipasang dengan cara mencapkannya/memancangnya ke bumi (tanah), atau membor dengan besaran tertentu lalu mengisinya dengan beton masif atau beton bertulang.

PONDASI YANG DIPANCANG

Piles, tiang-tiang pancang buatan pabrik dipancang ke dalam tanah dengan mesin pemancang. Pile yang digunakan bisa dari kayu, beton ataupun baja. Tiang kayu diperoleh dari batang pohon yang tinggi. Tiang beton sekarang tersedia dalam bentuk persegi, oktagonal, dan lingkaran. Biasanya diperkuat dengan tulangan atau sistem pratekan. Tiang baja dapat berupa pipa baja atau profil balok baja semisal H atau C. Dahulu bila kita memancang dengan tiang pancang kayu, saat tiang mencapai batas ketinggiannya dan belum mencapai kedalaman  yang dibutuhkan, tiang pancang kayu akan disambung lagi hingga mencapai batas yang dibutuhkan. Sekarang tiang yang sering di sambung apabila kasus seperti ini terjadi adalah tiang baja, tiang beton pun  bisa namun lebih sulit. Memancang tiang memiliki keunggulan tersendiri ketimbang bila kita memakai sistem bor, yaitu tanah yang tergeser akibat pemancangan tiang memadatkan tanh di sekitarnya, sehingga tahanan gesek tanah terhadap tiang semakin besar dan meningkatkan kapasitas dukung tiang.

Pondasi yang bergantung pada tiang pancang seringkali memiliki kelompok tiang (bebrapa tiang yang dipancang dengan jarak antar tiang yang beraturan), yang dipersatukan dengan pur/pile cap yang berupa blok beton besar yang mengikat seluruh kepala tiang dalam satu kelompok, sehinggga kelompok taiang tersebut dapat menyokong beban yang lebih besar daripada yang dapat dithan oleh satu tiang saja. Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada posisi sangat dalam.

a. Pondasi Tiang Pancang Kayu
Pondasi tiang pancang kayu di Indonesia, dipergunakan pada rumah-rumah panggung di daerah Kalimantan, di Sumatera, di Nusa Tenggara, dan pada rumah-rumah nelayan di tepi pantai.

b. Pondasi Tiang Pancang Beton
Pondasi tiang beton dipergunakan untuk bangunan-bangunan tinggi (high rise building). Pondasi tiang pancang beton, proses pelaksanaannya dilakukan sebagai berikut :

1) Melakukan test “boring” untuk menentukan kedalaman tanah keras     dan klasifikasi panjang tiang pancang, sesuai pembebanan yang telah  diperhitungkan.
2)  Melakukan pengeboran tanah dengan mesin pengeboran tiang pancang.
3)  Melakukan pemancangan pondasi dengan mesin pondasi tiang pancang.

Pondasi tiang pancang beton pada prinsipnya terdiri dari : pondasi tiang pancang beton cor di tempat dan tiang pancang beton system fabrikasi.

Pondasi tiang pancang beton cor ditempat

Proses pelaksanaannya pondasi tiang pancang beton cor di tempat sebagai berikut :
1)   Melakukan pemboran tanah sesuai kedalamn yang ditentukan dengan memasukkan besi tulangan beton.
2)   Memompa tanah bekas pengeboran ke atas permukaan tanah.
3) Mengisi lubang bekas pengeboran dengan adukan beton, dengan sistem  dipompakan dan desakan/tekanan.
4)   Pengecoran adukan beton setelah selesai sampai di atas permukaan tanah,
5) Kemudian dipasang stek besi beton sesuai dengan aturan teknis yang telah ditentukan.

Pondasi tiang pancang beton sistem fabrikasi

Kemajuan teknologi khususnya pada bidang rancang bangun beton bertulang telah menemukan pondasi tiang pancang sistem fabrikasi. Cetakan-cetakan pondasi dengan beberapa variasi diameter tiang pancang dan panjang tiang pancang dibuat dalam pabrik dengan system “Beton Pra-Tekan” Ukuran tiang pancang produksi pabrik dapat dilihat pada tabel berikut ini :



Sumber :





Senin, 18 Maret 2013

TUGAS O1 MATAKULIAH MEDIA PEMBELAJARAN PTA RESUME BUKU

Dikerjakan Oleh : Fayyadh Dzabihullah 1008977

Judul Buku    : Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Penulis          : Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc.
                         Drs. R. Rahardjo, M. Sc.
                         Anung Haryono, M. Sc., C.A.S,
                         Rahardjito

Kata Media sejatinya berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, secara harafiah memiliki arti perantara atau pengantar. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan/AECT) di Amerika, membatasi pengertian media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang data merangsangnya untuk belajar. Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta mampu merangsang siswa untuk belajar. Misalnya, buku, film, kaset, dan sebagainya. Asosiasi Pendidikan Naasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda tentang media. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan pengertian media yang telah dituliskan sebelumnya, ada persamaan antara pengertian-pengertian tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar untuk guru (teaching aids). Pada saat itu alat bantu yang dapat dipakai adalah alat bantu visual seperti gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memeberikan pengalaman konkret. Namun saying, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual orang-orang kurang memperhatikan  aspek disain, pengembangan pembelajaran, produksi dan evaluasinya. Dengan munculnya teknologi audio pada pertengahan abad ke-20, alat visual sebagai satu-satunya alat bantu belajar pada awalnya akhirnya dilengkapi dengan teknologi audio sehingga kita kenal sekarang sebgai teknologi audio visual.berbagi macam alat dapat digunakan untuk membantu proses belajar mengajar. Pengguanaan lebih dari satu media menjadi pilihan terbaik guna menghindari terjadinya verbalisme, dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu in Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman yang nantinya lebih dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience).
Pada akhir tahun 1950-an teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu alat audio visual tidak dipandang sebagai alat bantu guru saja. Sayang sampai saat itu pengaruhnya masih terbatas pada pemilihan media yang dipakai, faktor siswa yang menjadi komponen utama dalam proses pembelajaran belum mendapat perhatian. Baru pada tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa sebagai komponen penting dalam proses pembelajaran. Pada saat itu teori tingkah laku (behaviorism theory) ajaran Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Pada 1965-1970 pendekatan system mulai menampakan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendeketan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian kepada siswa. Guru serta ahli audio-visual menyambut baik perubahan ini, berdasarkan pengalaman guru mulai menyadari perbedaan kemampuan siswa dalam mencerna informasi yang diberikan. Sebagian lebih cepat bila mengguakan media visual, sebgian dengan media audio, sebgaian dengan media cetak, atau sebgian mampu beradaptasi dengan semua media. Dari sisi ini dapat kita mengerti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu guru dalam mengajar saja. Tapi lebih sebgai alat penyalur pesan dari pemberi pesan (guru, penulis buku, produser, dan sebagainya) ke penerima pesan (siswa/pelajar). Sebagai pembawa pesan artinya media tidak hanya dipakai oleh guru saja, tetapi oleh siapapun yang ingin menggunakan media sebagai pembawa pesannya termasuk siswa sekalipun.
Peran media yang semakin meningkat seiring perkembangan zaman ini sering kali menimbulkan kekhawatiran di pihak guru. Guru takut apabila kedua fungsinya digeser oleh media pendidikan, hal ini pernah terjadi pada saat masuknya buku teks sebagai hasil ditemukanya mesin cetak. Karena pada awalnya guru merupakan satu-satunya sumber ilmu, tapi tuntutan perkembangan zaman mengharuskan direkamnya pesan-pesan pendidikan atau pembelajaran secara tertulis. Pada saat itu guru juga merasa tersaingi karea hal tersebut. Kekhawatiran-kekhawatiran tersebut seharusnya tidak perlu ada kalau kita ingat betul tugas dan peran guru yang sebenarnya. Memberikan perhatian dan biimbingan secara individual kepada siswa-siswanya adalah peran guru yang sampai saat ini sering kali tidak terpenuhi. Media hanyalah penyampai pesan pembelajaran yang memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Maka sebaiknya guru dan media bahu membahu dalam memberi kemudahan belajar bagi siswa.