“Menurut pendapat anda, seandainya tidak
ada Nabi dan Rasul bisakah manusia menemukan tuhan?”
Pertanyaan ini dilontarkan dosen saya dalam mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam, pertanyaan yang bagi otak saya cukup membingungkan. Tapi setelah satu hari saya memikirkan pertanyaan tersebut. Saya akhirnya yakin dengan satu kesimpulan:
Nabi berasal dari kata bahasa arab Naba-a
yang artinya kabar, artinya nabi adalah seseorang yang mendapat kabar (dari
Allah). Atau Nabaa yang artinya tinggi atau naik, artinya nabi adalah
seseorang yang dimuliakan atau dinaikan derajatnya. Sementara rasul berasal
dari kata risalah atau yang menyampaikan, artinya rasul adalah seseorang
yang menyampaikan wahyu yang mereka terima ke khalayak ramai.
Dari pengertian tersebut kita dapat
membuat sebuah kesimpulan bahwa tugas seorang nabi dan rasul adalah
menyampaikan ajaran (wahyu) yang diberikan kepada mereka kepada kita, ajaran
tersebut yang akan menuntun kita ke jalan yang benar.
Jika nabi dan rasul tidak tidak diutus ke
dunia ini manusia tidak akan bisa
menemukan tuhan. Kita mampu merasakan sebuah keberadaan besar yang mengatur
seisi jagat raya ini. tetapi, keberadaan yang dirasakan tersebut konsepnya
masih sangat absurd. Sehingga pasti terjadi penyimpangan dalam memaknainya.
Misalnya saja suku maya di pedalaman amerika yang menganggap matahari adalah
tuhan mereka. Hal tersebut terjadi karena kekeliruan dalam memaknai konsep
tuhan yang mereka rasakan. Penyimpangan ini pasti akan terjadi, karena pikiran
manusia memiliki batasan yang pasti. Sementara konsep tentang tuhan sangatlah
jauh diatas batas kemampuan manusia.
Banyak orang-orang pintar seperti Plato
dan Aristoteles yang sampai menemukan konsep tuhan, tetapi mereka tidak sampai
kepada kesimpulan bahwa tuhan adalah Allah yang satu. Plato berpendapat tuhan
adalah keberadaan yang ilahi yang bersifat alkali dan rohani, maksudnya sebuah
keberadaan yang bukan sebuah benda (bersifat bendawi). Yang bersifat rohani
artinya tuhan keberadaan yang halus yang tidak dapat dilihat, diraba. Sementara
Aristoteles berpendapat bahwa tuhan tidak bermateri, hanya kenyataan atau
realitas atau pikiran semata. Kedua ahli fikir tersebut, Plato dan Aristoteles
bisa mengeluarkan pendapat tentang tuhan karena mereka berfikir tentang dunia,
boleh jadi mereka juga sebenarnya merasakan keberadaan tuhan tetapi akal
pikirannya tidak mampu untuk memikirkannya lebih jauh.
Pencarian akan tuhan sebenarnya sudah
menjadi fitrah bagi setiap manusia. Misalnya saja Nabi Ibrahim yang
bertanya-tanya tentang siapa penciptanya. Berkali-kali menyimpulkan benda
seperti bulan dan matahari sebagai tuhan Nabi Ibrahim akhirnya yakin bahwa
tuhannya bukanlah sesuatu yang berwujud. Karena yang berwujud pasti akan
hancur. Tentu dengan petunjuk dari Allah, Nabi Ibrahim mengetahui bahwa
tuhannya adalah Allah SWT. Tapi orang-orang biasa tidak akan pernah mampu
menemukan tuhan yang sebenar-benarnya sendirian. Oleh sebab itu Nabi dan Rasul
diutus untuk menyampaikan keberadaan tuhan yang sebenar-benarnya.
Kesimpulannya, jika Nabi dan Rasul tidak
diutus ke dunia ini kita manusia tidak akan pernah menemukan tuhan yang
sebenar-benarnya yaitu Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar