Senin, 13 Mei 2013

BISAKAH MANUSIA MENEMUKAN TUHAN TANPA NABI?


“Menurut pendapat anda, seandainya tidak ada Nabi dan Rasul bisakah manusia menemukan tuhan?”

Pertanyaan ini dilontarkan dosen saya dalam mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam, pertanyaan yang bagi otak saya cukup membingungkan. Tapi setelah satu hari saya memikirkan pertanyaan tersebut. Saya akhirnya yakin dengan satu kesimpulan:

Nabi berasal dari kata bahasa arab Naba-a yang artinya kabar, artinya nabi adalah seseorang yang mendapat kabar (dari Allah). Atau Nabaa yang artinya tinggi atau naik, artinya nabi adalah seseorang yang dimuliakan atau dinaikan derajatnya. Sementara rasul berasal dari kata risalah atau yang menyampaikan, artinya rasul adalah seseorang yang menyampaikan wahyu yang mereka terima ke khalayak ramai.
Dari pengertian tersebut kita dapat membuat sebuah kesimpulan bahwa tugas seorang nabi dan rasul adalah menyampaikan ajaran (wahyu) yang diberikan kepada mereka kepada kita, ajaran tersebut yang akan menuntun kita ke jalan yang benar.
Jika nabi dan rasul tidak tidak diutus ke dunia ini manusia tidak akan  bisa menemukan tuhan. Kita mampu merasakan sebuah keberadaan besar yang mengatur seisi jagat raya ini. tetapi, keberadaan yang dirasakan tersebut konsepnya masih sangat absurd. Sehingga pasti terjadi penyimpangan dalam memaknainya. Misalnya saja suku maya di pedalaman amerika yang menganggap matahari adalah tuhan mereka. Hal tersebut terjadi karena kekeliruan dalam memaknai konsep tuhan yang mereka rasakan. Penyimpangan ini pasti akan terjadi, karena pikiran manusia memiliki batasan yang pasti. Sementara konsep tentang tuhan sangatlah jauh diatas batas kemampuan manusia.
Banyak orang-orang pintar seperti Plato dan Aristoteles yang sampai menemukan konsep tuhan, tetapi mereka tidak sampai kepada kesimpulan bahwa tuhan adalah Allah yang satu. Plato berpendapat tuhan adalah keberadaan yang ilahi yang bersifat alkali dan rohani, maksudnya sebuah keberadaan yang bukan sebuah benda (bersifat bendawi). Yang bersifat rohani artinya tuhan keberadaan yang halus yang tidak dapat dilihat, diraba. Sementara Aristoteles berpendapat bahwa tuhan tidak bermateri, hanya kenyataan atau realitas atau pikiran semata. Kedua ahli fikir tersebut, Plato dan Aristoteles bisa mengeluarkan pendapat tentang tuhan karena mereka berfikir tentang dunia, boleh jadi mereka juga sebenarnya merasakan keberadaan tuhan tetapi akal pikirannya tidak mampu untuk memikirkannya lebih jauh.
Pencarian akan tuhan sebenarnya sudah menjadi fitrah bagi setiap manusia. Misalnya saja Nabi Ibrahim yang bertanya-tanya tentang siapa penciptanya. Berkali-kali menyimpulkan benda seperti bulan dan matahari sebagai tuhan Nabi Ibrahim akhirnya yakin bahwa tuhannya bukanlah sesuatu yang berwujud. Karena yang berwujud pasti akan hancur. Tentu dengan petunjuk dari Allah, Nabi Ibrahim mengetahui bahwa tuhannya adalah Allah SWT. Tapi orang-orang biasa tidak akan pernah mampu menemukan tuhan yang sebenar-benarnya sendirian. Oleh sebab itu Nabi dan Rasul diutus untuk menyampaikan keberadaan tuhan yang sebenar-benarnya.
Kesimpulannya, jika Nabi dan Rasul tidak diutus ke dunia ini kita manusia tidak akan pernah menemukan tuhan yang sebenar-benarnya yaitu Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar