Senin, 18 Maret 2013

TUGAS O1 MATAKULIAH MEDIA PEMBELAJARAN PTA RESUME BUKU

Dikerjakan Oleh : Fayyadh Dzabihullah 1008977

Judul Buku    : Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Penulis          : Dr. Arief S. Sadiman, M.Sc.
                         Drs. R. Rahardjo, M. Sc.
                         Anung Haryono, M. Sc., C.A.S,
                         Rahardjito

Kata Media sejatinya berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, secara harafiah memiliki arti perantara atau pengantar. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan/AECT) di Amerika, membatasi pengertian media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang data merangsangnya untuk belajar. Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta mampu merangsang siswa untuk belajar. Misalnya, buku, film, kaset, dan sebagainya. Asosiasi Pendidikan Naasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda tentang media. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apapun batasan pengertian media yang telah dituliskan sebelumnya, ada persamaan antara pengertian-pengertian tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar untuk guru (teaching aids). Pada saat itu alat bantu yang dapat dipakai adalah alat bantu visual seperti gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat memeberikan pengalaman konkret. Namun saying, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual orang-orang kurang memperhatikan  aspek disain, pengembangan pembelajaran, produksi dan evaluasinya. Dengan munculnya teknologi audio pada pertengahan abad ke-20, alat visual sebagai satu-satunya alat bantu belajar pada awalnya akhirnya dilengkapi dengan teknologi audio sehingga kita kenal sekarang sebgai teknologi audio visual.berbagi macam alat dapat digunakan untuk membantu proses belajar mengajar. Pengguanaan lebih dari satu media menjadi pilihan terbaik guna menghindari terjadinya verbalisme, dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu in Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman yang nantinya lebih dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience).
Pada akhir tahun 1950-an teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar. Sejak saat itu alat audio visual tidak dipandang sebagai alat bantu guru saja. Sayang sampai saat itu pengaruhnya masih terbatas pada pemilihan media yang dipakai, faktor siswa yang menjadi komponen utama dalam proses pembelajaran belum mendapat perhatian. Baru pada tahun 1960-1965 orang mulai memperhatikan siswa sebagai komponen penting dalam proses pembelajaran. Pada saat itu teori tingkah laku (behaviorism theory) ajaran Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran. Pada 1965-1970 pendekatan system mulai menampakan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendeketan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian kepada siswa. Guru serta ahli audio-visual menyambut baik perubahan ini, berdasarkan pengalaman guru mulai menyadari perbedaan kemampuan siswa dalam mencerna informasi yang diberikan. Sebagian lebih cepat bila mengguakan media visual, sebgian dengan media audio, sebgaian dengan media cetak, atau sebgian mampu beradaptasi dengan semua media. Dari sisi ini dapat kita mengerti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu guru dalam mengajar saja. Tapi lebih sebgai alat penyalur pesan dari pemberi pesan (guru, penulis buku, produser, dan sebagainya) ke penerima pesan (siswa/pelajar). Sebagai pembawa pesan artinya media tidak hanya dipakai oleh guru saja, tetapi oleh siapapun yang ingin menggunakan media sebagai pembawa pesannya termasuk siswa sekalipun.
Peran media yang semakin meningkat seiring perkembangan zaman ini sering kali menimbulkan kekhawatiran di pihak guru. Guru takut apabila kedua fungsinya digeser oleh media pendidikan, hal ini pernah terjadi pada saat masuknya buku teks sebagai hasil ditemukanya mesin cetak. Karena pada awalnya guru merupakan satu-satunya sumber ilmu, tapi tuntutan perkembangan zaman mengharuskan direkamnya pesan-pesan pendidikan atau pembelajaran secara tertulis. Pada saat itu guru juga merasa tersaingi karea hal tersebut. Kekhawatiran-kekhawatiran tersebut seharusnya tidak perlu ada kalau kita ingat betul tugas dan peran guru yang sebenarnya. Memberikan perhatian dan biimbingan secara individual kepada siswa-siswanya adalah peran guru yang sampai saat ini sering kali tidak terpenuhi. Media hanyalah penyampai pesan pembelajaran yang memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Maka sebaiknya guru dan media bahu membahu dalam memberi kemudahan belajar bagi siswa.